Keganasan sang Ombak Pantai Prigi pupus oleh kegagahan sang Kumbakarna
Perjalanan saya kali ini, berawal dari keelokan Pantai Prigi.
Pantai
Prigi berada di sebuah teluk yang di kelilingi oleh dua pegunungan yang indah
jika di lihat dari pesisir pantai. Seakan-akan pegunungan itu membelah samudra
dan menyatu dengan awan membentuk garis horisontal. Sungguh mempesona. Jika di
lihat dari beberapa teluk yang ada di pantai selatan Pulau Jawa, Teluk Prigi
merupakan salah satu yang terluas. Wajar saja kalau pemerintah memilih teluk
Prigi sebagai pelabuhan perikanan disamping pantainya yang menawan.
hotel prigi |
Sekarang sudah
tersedia fasilitas bagi para pengunjung Pantai Prigi, meskipun ada beberapa
yang masih perlu ditambah dan dibenahi. Untuk masalah penginapan, wisatawan
domestik yang berasal dari luar daerah tidak perlu repot membawa tenda atau
fasilitas penginapan lainnya, karena sekarang ini pihak pengelola Pantai Prigi
sudah meningkatkan infrastruktur pengelolaannya, yaitu salah satunya dengan
memperbaiki kualitas hotel yang letaknya kurang lebih 150 meter dari bibir
pantai ini.
patung nelayan |
Selanjutnya
saya melangkah ke arah selatan dari hotel Prigi. Disana terlihat jelas
bagaimana sebuah patung nelayan yang membawa ikan tongkol. Patung ini
menyimbolkan masyarakat sekitar pantai
yang sejak dulu hingga turun temurun
bermata pencaharian sebagai nelayan. Laut sudah mereka jadikan sebagai
rumah kedua, karena sebagian besar hidupnya mereka habiskan di atas perahu dan
mengarungi ombak yang cukup kejam. Namun, karena sudah terbiasa dengan keadaan
seperti itu, mereka malah menganggap ombak sebagai teman dalam perjalanan untuk
mengarungi luasnya samudra. Setiap hari, mereka berpindah dari satu tempat ke
tempat lain, untuk mencari keberadaan ikan yang setiap musimnya tidak tentu.
Patung ikan mengisyaratkan kepada kita betapa tangguhnya nelayan pesisir pantai
prigi,. Mereka telah menjelajahi laut dan menangkap ikan, sejak kakek nenek
moyang mereka telah tiada hingga saat ini, mungkin juga sampai esok hari. Coba
bayangkan berapa jumlah ikan yang telah mereka jala, kalau setiap harinya,
setiap perahunya, mendapat dua puluh box,
dan setiap box berjumlah ratusan bahkan ribuan ekor ikan. Mungkin setiap
harinya terjaring ratusan ribu, jutaan, bahkan tak terhitung jumlahnya.
gunung kumbakarna |
Namun
sayangnya sekarang ini Pantai Prigi tidak seasri dan sealami seperti tempo dulu
sewaktu kakek nenek kita masih remaja. Keremajaan alam pantai prigi sudah
terjamah seiring perkembangan jaman. Dia tampak semakin pudar dan tidak seseram
dulu. Kerimbunan pohon pandan, pohon beringin, dan pohon kelapa kini rupanya
tergusur dengan keangkuhan manusia yang tidak bertanggung jawab dan ramah
terhadap lingkungan. Dulu, pohon-pohon ini dimanfaatkan para nelayan sebagai
tempat berteduh sewaktu beristirahat sepulang berlayar. Begitu pula satwa liar yang
ada di sekitar pantai kini telah menghilang. Burung-burung camar yang indah
berkicau berterbangan ke sana sini tidak lagi di temukan. Hanya ada sebagian
burung kecil yang kini masih berkeliaran di sekitar pantai. Keindahan pantai
prigi yang masih terjaga keasliannya hingga saat ini yaitu keseraman dan
keangkuhan Kumbakarno. Sebuah gunung yang kakinya menghujam ke laut lepas, kuat
dan gagah. Dia berdiri tegak laksana “Sang Kumbakarno”, adik Rahwana atau prabu
Dasamuka. Memang Kumbakarno mengingatkan kita pada kisah perang antara
Maospati, Sri Rama Wijaya dengan Alengka Diraja, Dasamuka.
Ketika
perang antara dua kerajaan itu berkecambuk, maka prajurit Alengka kalah dalam
peperangannya. Dasamuka berfikir keras, lalu dia ingat bahwa dia memiliki adik
yang sedang bertapa yang memiliki kekuatan yang sangat digdaya mandraguna,
bernama Kumbakarna. Kumbakarna adalah seorang raksasa yang jujur, berperilaku
baik dan tidak mau membela kakaknya, Dasamuka, karena gara-gara Dewi Sinta.
Namun
kesalahan kecil yang dilakukan oleh anaknya dan atas kesalahan itu, anak
Kumbakarno akan dibunuh oleh Rahwana, maka baik hatipun bergerak berangkat
perang dengan bersumpah “aku berperang bukan membela Rahwana, tetapi membela
tanah kelahiran, Alengka, yang diinjak-injak oleh Hanoman.
Dua
tokoh saktipun berperang selama satu bulan, matahari tidak bersinar, bumi
gonjang ganjing, laut selatan airnya pun tumpah ruah. Hanoman kalah, dewa-dewa
kahyangan susah, lalu dengan kesaktiannnya karena di bantu oleh dewa, Hanoman
mengangkat gunung, dan dihantamkan pada Kumbakarno. Kumbakarno mengerang
kesakitan kemudian meninggal, maka gunung ini diberi nama gunung Kumbakarno,
sampai sekarang.
Demikian sekelumit cerita dari pantai Prigi. Sampai jumpa pada
postingan yang akan datang masih seputar pantai yang ada di Teluk Prigi.
0 komentar:
Posting Komentar