Pages

Rabu, 25 September 2013

Pantai Prigi - Sang Ombak vs Sang Kumbakarna




Keganasan sang Ombak Pantai Prigi pupus oleh kegagahan sang Kumbakarna

Perjalanan saya kali ini, berawal dari keelokan Pantai Prigi.
Pantai Prigi berada di sebuah teluk yang di kelilingi oleh dua pegunungan yang indah jika di lihat dari pesisir pantai. Seakan-akan pegunungan itu membelah samudra dan menyatu dengan awan membentuk garis horisontal. Sungguh mempesona. Jika di lihat dari beberapa teluk yang ada di pantai selatan Pulau Jawa, Teluk Prigi merupakan salah satu yang terluas. Wajar saja kalau pemerintah memilih teluk Prigi sebagai pelabuhan perikanan disamping pantainya yang menawan.
hotel prigi

Sekarang sudah tersedia fasilitas bagi para pengunjung Pantai Prigi, meskipun ada beberapa yang masih perlu ditambah dan dibenahi. Untuk masalah penginapan, wisatawan domestik yang berasal dari luar daerah tidak perlu repot membawa tenda atau fasilitas penginapan lainnya, karena sekarang ini pihak pengelola Pantai Prigi sudah meningkatkan infrastruktur pengelolaannya, yaitu salah satunya dengan memperbaiki kualitas hotel yang letaknya kurang lebih 150 meter dari bibir pantai ini.
patung nelayan
nelayan tarik jaring

Selanjutnya saya melangkah ke arah selatan dari hotel Prigi. Disana terlihat jelas bagaimana sebuah patung nelayan yang membawa ikan tongkol. Patung ini menyimbolkan masyarakat sekitar  pantai yang sejak dulu hingga turun temurun  bermata pencaharian sebagai nelayan. Laut sudah mereka jadikan sebagai rumah kedua, karena sebagian besar hidupnya mereka habiskan di atas perahu dan mengarungi ombak yang cukup kejam. Namun, karena sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu, mereka malah menganggap ombak sebagai teman dalam perjalanan untuk mengarungi luasnya samudra. Setiap hari, mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain, untuk mencari keberadaan ikan yang setiap musimnya tidak tentu. Patung ikan mengisyaratkan kepada kita betapa tangguhnya nelayan pesisir pantai prigi,. Mereka telah menjelajahi laut dan menangkap ikan, sejak kakek nenek moyang mereka telah tiada hingga saat ini, mungkin juga sampai esok hari. Coba bayangkan berapa jumlah ikan yang telah mereka jala, kalau setiap harinya, setiap perahunya, mendapat dua puluh box, dan setiap box berjumlah ratusan bahkan ribuan ekor ikan. Mungkin setiap harinya terjaring ratusan ribu, jutaan, bahkan tak terhitung jumlahnya. 
gunung kumbakarna

Namun sayangnya sekarang ini Pantai Prigi tidak seasri dan sealami seperti tempo dulu sewaktu kakek nenek kita masih remaja. Keremajaan alam pantai prigi sudah terjamah seiring perkembangan jaman. Dia tampak semakin pudar dan tidak seseram dulu. Kerimbunan pohon pandan, pohon beringin, dan pohon kelapa kini rupanya tergusur dengan keangkuhan manusia yang tidak bertanggung jawab dan ramah terhadap lingkungan. Dulu, pohon-pohon ini dimanfaatkan para nelayan sebagai tempat berteduh sewaktu beristirahat sepulang berlayar. Begitu pula satwa liar yang ada di sekitar pantai kini telah menghilang. Burung-burung camar yang indah berkicau berterbangan ke sana sini tidak lagi di temukan. Hanya ada sebagian burung kecil yang kini masih berkeliaran di sekitar pantai. Keindahan pantai prigi yang masih terjaga keasliannya hingga saat ini yaitu keseraman dan keangkuhan Kumbakarno. Sebuah gunung yang kakinya menghujam ke laut lepas, kuat dan gagah. Dia berdiri tegak laksana “Sang Kumbakarno”, adik Rahwana atau prabu Dasamuka. Memang Kumbakarno mengingatkan kita pada kisah perang antara Maospati, Sri Rama Wijaya dengan Alengka Diraja, Dasamuka.
Ketika perang antara dua kerajaan itu berkecambuk, maka prajurit Alengka kalah dalam peperangannya. Dasamuka berfikir keras, lalu dia ingat bahwa dia memiliki adik yang sedang bertapa yang memiliki kekuatan yang sangat digdaya mandraguna, bernama Kumbakarna. Kumbakarna adalah seorang raksasa yang jujur, berperilaku baik dan tidak mau membela kakaknya, Dasamuka, karena gara-gara Dewi Sinta.
Namun kesalahan kecil yang dilakukan oleh anaknya dan atas kesalahan itu, anak Kumbakarno akan dibunuh oleh Rahwana, maka baik hatipun bergerak berangkat perang dengan bersumpah “aku berperang bukan membela Rahwana, tetapi membela tanah kelahiran, Alengka, yang diinjak-injak oleh Hanoman.
Dua tokoh saktipun berperang selama satu bulan, matahari tidak bersinar, bumi gonjang ganjing, laut selatan airnya pun tumpah ruah. Hanoman kalah, dewa-dewa kahyangan susah, lalu dengan kesaktiannnya karena di bantu oleh dewa, Hanoman mengangkat gunung, dan dihantamkan pada Kumbakarno. Kumbakarno mengerang kesakitan kemudian meninggal, maka gunung ini diberi nama gunung Kumbakarno, sampai sekarang. 

Demikian sekelumit cerita dari pantai Prigi. Sampai jumpa pada postingan yang akan datang masih seputar pantai yang ada di Teluk Prigi.

0 komentar:

Posting Komentar