Suatu hari, di pagi-pagi buta, seekor
rayap sedang berjalan-jalan memutari sebuah semak-semak yang rimbun. Ia
berencana mencari makanan di kayu-kayu yang sedang rapuh. Tiba-tiba ia
melihat seekor semut hitam terbang dari satu pohon ke pohon yang lain
dengan gesitnya. Rayap pun berfikir alangkah asyiknya mempunyai sayap
sepeti semut itu. Mungkin ia bisa mencari makan dengan terbang dan tidak
susah payah berjalan menyusuri selokan-selokan yang penuh dengan
kotoran dan sampah-sampah itu.
Brak. Semut hitam itu
pun dengan tiba-tiba jatuh di hadapannya. Semut itu tampaknya sengaja
ingin menyapa rayap yang tengah berjalan sendirian.
“Hai rayap. Ada apa gerangan dengan kamu ? Dari tadi kelihatannya kok melamun.”tanya semut dengan ramah.
“Aku
sedih teman. Aku lelah sekali. Setiap hari aku harus berjalan dengan
kakiku ini. Rasanya aku ingin memiliki sayap seperti kamu.”ucap rayap
sedih.
“Jangan sedih teman. Kita harus bersyukur dengan apa yang
kita miliki sekarang ini. Aku dan kamu itu sama. Pasti mempunyai
kekurangan dan kelebihan.”kata semut menasehati.
“Tidak teman. Aku
dan bangsaku sungguh tidak sehebat kamu. Setiap hari kamu dengan
mudahnya mencari makanan di puncak-puncak pohon. Sementara aku hanya
bisa menunggu ranting pohon yang jatuh.”ucap rayap dengan putus asa.
“Itu
semua salah teman. Aku tidak sehebat yang kamu pikirkan. Aku juga tidak
mempunyai apa yang selama ini kamu miliki. Kamu bisa mencari makan di
lubang-lubang kecil kayu dan di bawah tanah. Sedangkan aku. Aku hanya
bisa mencari makanan di tepian pohon. Kamu tahu, sayapku ini
menggangguku untuk masuk ke dalam lubang yang kecil. Namun, aku tetap
bersyukur teman.”kata semut mencoba menyakinkan rayap dengan tulus.
Kemudian terbang kembali mencari makanan.
Seekor
rayap itu pun tetap ingin bisa terbang seperti semut hitam. Ia pun
berfikir bagaimana caranya agar ia dan bangsanya mendapatkan sayap yang
hebat itu. Dengan memiliki sayap, maka dengan mudah ia bisa mencari
makanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Melewati sungai-sungai dan
bermain-main di awan-awan.
Suatu ketika, ia melihat
segerombolan semut sedang berbondong-bondong mengangkat makanan ke dalam
rumah yang terletak di bawah pohon besar. Rumahnya sungguh bagus dan
rapi. Mereka juga pekerja keras dan suka bekerja sama. Tidak seperti
bangsanya yang tidak suka bahu membahu saling menolong. Setelah beberapa
waktu mengintip segerombolan semut itu di bawah rerimbunan pohon talas,
ia tiba-tiba melihat ada beberapa semut yang menanggalkan sayapnya di
dinding-dinding rumah mereka. Dengan rajinnya mereka membersihkan dan
merawat sayap kesayangannya itu.
Seekor rayap itu
berfikir ingin meminjam sayap semut. Namun, ia masih belum berani
menyapa segerombolan semut hitam itu. Ia takut mereka akan menolak dan
mengolok-oloknya.
Ia pun mengurungkan niatnya, lalu
bergegas pulang. Kepada bangsanya, ia menceritakan perihal sayap-sayap
semut itu. Bangsa rayap pun merasa senang dengan kabar dari seekor rayap
itu. Mereka tertarik untuk meminjam sayap-sayap semut.
Keesokan
harinya, beberapa ekor rayap berkumpul di depan rumah mereka. Mereka
akan pergi ke perkampungan semut hitam bersayap. Mereka mencoba meminjam
sayap-sayap semut. Setelah beberapa lama berjalan, mereka pun sampai di
perkampungan semut. Ternyata, semut-semut itu sedang bersantai di depan
rumah sambil menikmati semilir angin sore. Mereka baru saja pulang
mencari makanan. Tampaknya mereka kelelahan setelah seharian beterbangan
ke sana ke mari, terlihat beberapa dari mereka tertidur di bawah pohon.
Segerombolan rayap itu juga melihat bahwa semut-semut itu tidak
mengenakan sayap dipunggungnya. Rupanya mereka menyopot dan
meletakkannya di dinding-dinding rumah.
“Inilah
kesempatan kita. Tampaknya mereka tidak sedang menggunakan sayapnya. Ayo
kita meminjamnya untuk beberapa saat.”ucap salah satu rayap dengan
yakin.
“Setuju. Dengan begitu kita bisa mencari makan ke tempat yang lebih jauh.”kata rayap lain.
Pada akhirnya mereka pun bergegas mendekat ke rumah semut-semut itu.
“Hai semut. Bolehkah kami meminjam sesuatu dari kamu?”tanya ketua rayap.
“Apa yang bisa kami pinjamkan dari kamu rayap ?”
“Sayap.
Sayap yang setiap hari kamu pakai itu semut. Kami ingin sekali
mencobanya. Ingin mencoba terbang seperti kamu. Kami berjanji akan
mengembalikannya besok sore.”
“Baik rayap. Kami akan
meminjamkannya kepada kamu jika memang kamu ingin sekali mencoba
terbang. Tetapi apakah kamu bisa menggunakannya ?”
“Kami sudah seringkali melihat kamu memakainya dan menerbangkannya.”
“Berhati-hatilah semut. Kamu harus berusaha menyeimbangkan sayapnya jika ada angin besar datang tiba-tiba.”
“Baik
semut. Kami akan menggunakannya dengan hati-hati. Terima kasih
banyak.”ucap ketua rayap lalu pergi kembali pulang sambil membawa
sayap-sayap semut.
Keesokan harinya, bangsa rayap
menggunakan sayap-sayap semut itu di tengah rerumputan yang luas agar
kalau jatuh tidak berbahaya. Setelah beberapa kali mencoba merekatkan
pada punggungnya dan menerbangkannya, akhirnya mereka bisa terbang
hampir setinggi awan. Namun mereka sangat ceroboh. Tampaknya mereka
tidak memerdulikan nasehat semut. Ketika ada angin besar datang, mereka
tidak menepi atau merendah, malah mereka terbang menuju awan. Dan pada
akhirnya, sekali terhembas angin, sayap-sayapnya patah dan mereka pun
jatuh ke tanah.
Oleh karena sayap-sayapnya rusak, para
rayap pun tidak berani mengembalikannya ke semut. Ketika sore telah
tiba, mereka tidak mengembalikannya. Mereka mengingkari pejanjiannya
dengan semut. Segerombolah rayap itu pun berpindah tempat tinggal baru
yang tersembunyi dan tidak bisa dijangkau oleh semut sambil membawa
sayap-sayap yang telah rusak. Dengan pengingkaran itu, akhirnya para
semut kini tidak bisa terbang lagi. Mereka kehilangan sayap
kesayangannya. Meskipun begitu, mereka tidak mengeluh. Mereka tetap
saling bekerja sama dan bekerja keras untuk mencari makanan.
Dari
peristiwa itulah, saat ini semut-semut tidak lagi bisa terbang, namun
mereka tetap menjaga kerukunannya dengan cara menempelkan antena yang
ada di kepalanya. Sebenarnya, perilaku ini bertujuan untuk memberi tahu
kepada sesama semut jika ada makanan atau sesuatu yang mengancam di
suatu tempat. Sedangkan ketika bertemu dengan rayap, semut-semut itu
tampak sangat benci karena peristiwa kala itu. Itulah mengapa,
rayap-rayap seolah-olah tidak berani berkeliaran di tanah ketika sudah
dewasa. Mereka berani keluar dari rumahnya hanya dengan terbang. Namun
karena sifatnya yang ceroboh, mereka tidak selalu merekatkan sayap di
punggungnya dengan kuat dan akhirnya jatuh ketika terhempas angin.
Tingkat hidup rayap sangat kecil, bahkan mereka tidak mampu bertahan
hidup selama dua puluh jam ketika sudah dewasa.
*Semoga kalian bisa mengambil pesan-pesan baik yang tersirat dalam cerita di atas*